Landasan Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
ABSTRACT
Merujuk pada pengertian IPA, hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk:
berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (2) proses: prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui
eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) aplikasi:
penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari;
(4) sikap: rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan
melalui prosedur yang benar; sains bersifat open ended. Pembelajaran IPA yang
demikian sejalan dengan filsafat konstruktivisme yang ide dasarnya dikemukakan oleh
Jean Piaget bahwa belajarnya peserta didik, merupakan suatu proses pembentukan
personal, individual, dan intelektual yang timbul dari aktivitasnya sendiri di dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang berlandaskan konstruktivisme, menuntut
seorang guru menguasai beragam strategi pembelajaran sehingga dapat disesuaikan
dengan kebutuhandan situasi siswa. Hal ini disebabkan tidak ada satu strategi
pembelajaran yang cocok untuk semua situasi, waktu, dan tempat. Demikian pula dengan
penilaiannya tidak tergantung pada bentuk asesmen yang menggunakan paper and
pencil test atau bentuk tes objektif. Bentuk asesmen yang digunakan disebut authentic
assessment atau altenative assessment, seperti portfolio, observasi proses, dinamika
kelompok, studi kasus, simulasi dan permainan, performance appraisal.